Kisah Inspiratif : Jemput Jodoh dengan Islam | YDSF

Kisah Inspiratif : Jemput Jodoh dengan Islam | YDSF

28 Februari 2019

“Dari kisahku ini aku belajar, Allah selalu memiliki cerita indah.”

Namaku Indra Yanuar. Lebih mudah, panggil saja aku Indra. Di usiaku yang sudah menginjak 33 tahun ini, masih membujang. Maklum, aku terlalu fokus memenuhi pundi-pundi uang. Aku dibesarkan dalam naungan ajaran Katolik. Meski keluarga besar papaku Protestan, beliau memilih mengikuti keyakinan mamaku.

Namun  aku  bukanlah  sosok  yang  rajin  beribadah.  Dalam  sebulan hanya beberapa kali aku ke gereja. Dalam  perjalanan  kesendirianku,  aku  menemukan  sosok perempuan yang begitu anggun dan lembut. Aku pun bertekad memiliki  hubungan  lebih  dari sekadar teman.

Dua  bulan  yang  lalu, rekan kerjaku mengenalkanku dengannya.  Seorang  wanita muslim  berhijab.  Namanya  Iis. Aku pun mengutarakan padanya bahwa  aku  mencari  sosok  istri.

Tawaranku diterimanya dengan hangat.  Perbedaan  keyakinan membuat kami tak langsung berani melangkah. Sebelum  melangkah  jauh, kami pun berdiskusi tentang langkah ke depannya. Aku menghargai keputusannya untuk tidak masuk ke agamaku.

Gejolak  di  awal  pasti  ada. Aku  berusaha  membulatkan tekad.  Aku  ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kuputuskan untuk menjadi seorang mualaf.

Dalam  obrolan  hangat bersama mama dan papaku kala  itu, aku mengutarakan niatku menjadi seorang muslim. Cerita menyedihkan bahkan mengerikan dari teman-teman mualaf, ternyata tak  terjadi padaku. Mama dengan lapang dada  mengizinkan  aku  masuk Islam.  Betapa  bahagianya  hati ini.  Lalu  papa?  Papaku sih apa kata mama saja.

Biar pun masuknya mudah, ternyata belajarnya  cukup susah. Aku yang tak pernah sekali pun tahu  dan  membaca tulisan  Arab,  kini  harus  mulai membiasakan diri untuk bisa bahkan menghafal bacaan-bacaan shalat. Hari aku ikrar pun datang.

Rekan kerjaku lah yang menjadi saksi saat aku memulai babak baru dalam perjalanan hidupku. Hidup dalam naungan Islam. Di saat itu pula untuk pertama kalinya aku berwudhu.

Setiap tetesan air yang mengalir di kulit tubuhku memberikan kesegaran tersendiri. Beda sekali dengan mandi.  Seusai wudhu pun batinku menjadi lebih  tenang.  Nikmat  yang  tak bisa  kuliskan  hingga  saat  ini setelah  aku  menjadi  seorang muslim.

Hari-hari  sebagai  seorang muslim  ku lalui  dengan  indah. Tak  ada  hinaan,  tak  dikucilkan, bahkan  tak  ada  teror.  Masyaa Allah.  Aku  merasakan  betul bagaimana Allah menyayangiku.

Memiliki pekerjaan di sebuah  restoran  fast food asing yang sangat terkemuka namanya,  tak  membuatku kesusahan  menjalankan  shalat tepat  waktu.  Justru,  selalu ada rekan kerja yang juga mengajakku untuk beribadah.

Belajarku  tak berhenti. Sampai detik ini pun aku masih harus belajar banyak tentang Islam.  Mengubah  diriku. Lebih dekat dengan Allah. Dan  juga bersiap menjadi imam yang baik untuk Iis.

Buku-buku panduan shalat masih kubaca.  Kupelajari  agar aku  benar-benar memahami. Tak  berhenti di satu  buku, aku pun membeli  buku-buku lain agar  aku bisa lebih mudah belajar Islam. Datang ke kajian-kajian agar imanku semakin dikokohkan.

Biasanya, aku belajar saat menjelang tidur. Waktu kondisi rumah  tenang.  Tak  hanya soal ibadah.  Keseharianku  pun berubah. Setelah menginjakkan diri di garis start Islam, aku mulai bisa menjaga diri. Membatasi dari pergaulan yang tidak bermanfaat dan menimbulkan mudharat.

Bisa dibilang, aku dulunya anak gaul. Tidak afdol rasanya kalau  tidak nongkrong  hingga ayam jantan berkokok di waktu subuh. Tetapi  kini, rasanya ada pagar yang membuatku sadar. Seolah tubuh dan jiwa ini sudah tergerak sendiri untuk menolak.

Alhamdulillah, bisa dibilang aku adalah mualaf  yang beruntung. Aku mendapat teman-teman  muslim  baru, tetapi aku tidak dikucilkan oleh teman-teman  lama.  Silaturahim dengan  teman-teman  lama tetap ku jaga baik. Dengan batasan-batasan  sesuai  syari tentunya.  Sebagai bentuk edukasi tak langsung  bahwa muslim itu baik. Tak seburuk apa yang media selalu beritakan.

Aku  sadar,  aku  masih  jauh dari kata sempurna sebagai seorang  muslim.  Tapi,  aku percaya, aku bisa dan Allah akan selalu ada. Jika dulu aku pecandu kerja hingga  lupa  ibadah,  kini  aku berusaha  menjadi  orang  yang mendahulukan  ibadah.  Aku berusaha menjaga betul waktu-waktu ibadahku. Agar Allah selalu menjagaku.

Benar. Islam itu damai. Itulah yang  aku  rasakan  hingga  detik ini. Alhamdulillah, semakin  aku banyak belajar tentang Islam dan  mendekati  Allah,  semakin mudah  pula  segala  urusan duniaku.

Tak  terasa,  bulan-bulan  menjelang  rencana pernikahan  kami  akan  segera terlewati.  Semoga  aku  terus bisa menjadi mualaf yang yakin  dengan kepidahanku karena Allah. Aamiin.

Dari  kisahku  ini  aku belajar,  Allah  selalu  memiliki cerita indah. Ada banyak cara yang akan Dia berikan pada kita untuk selalu tersadar dan mendekatkan  diri  kepada-Nya.  Semuanya  telah  diatur, tinggal  bagaimana  kita meresponnya. 

Penulis: ayusm
Sumber: Majalah Al Falah

 jemput-jodoh-dengan-islam

Baca Juga : 

3 TIPS AMPUH MENJEMPUT JODOH IMPIAN

WANITA MULIA, YANG MAKAMNYA HARUM SEMERBAK

HUBUNGAN YANG DIBERKAHI ALLAH

DO'A YANG MULIA

12 TIPS MENJADI KELUARGA SAKINAH

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: