Kisah Qarun dalam Al-Qur’an, Orang Kaya Binasa Tak Mau Zakat | YDSF

Kisah Qarun dalam Al-Qur’an, Orang Kaya Binasa Tak Mau Zakat | YDSF

11 Oktober 2022

Qarun adalah seorang yang hidup di zaman Nabi Musa as. dan dibinasakan oleh Allah Swt. atas kesombongannya. Ia tidak mau menunaikan perintah zakat yang telah Allah berikan, padahal saat ia dalam kondisi susah, Allah menolong dan telah memberikannya banyak harta.

Kisah Qarun diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qashas ayat 76 sampai 81. Dalam beberapa ayat itu, disebutkan bagaimana dari awal Qarun memohon pertolongan hingga menolak dengan sombong perintah zakat dari Allah Swt.

Taat pada Allah di Saat Susah

Qarun dikenal sebagai salah satu sepupu dari Nabi Musa as.  Dalam beberapa catatan, Qarun juga disebut sebagai “Munawwir” karena memiliki suara paling indah saat membaca kitab Taurat di zaman itu.

Bahkan, ia merupakan salah satu dari 70 laki-laki dari kaum Nabi Musa as. yang dimohonkan taubat karena menyembah patung lembu. Pria yang memiliki banyak anak ini juga disebut-sebut pandai dalam berbisnis. Meski, saat itu dirinya sempat mengalami kesulitan untuk menafkahi keluarganya.

Qarun lantas mendatangi Nabi Musa as. dan meminta beliau mendoakannya agar diberi harta benda yang melimpah. Karena sempat dikenal sebagai seorang yang saleh dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim as. dengan baik, Nabi Musa as. pun setuju untuk mendoakannya.

Dirinya juga sempat berjanji, bahwa kelak saat menjadi kaya akan lebih taat beribadah dan menolong orang yang susah. Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Musa as., dengan memberikan Qarun harta benda yang diinginkannya. Ia memiliki ribuan gudang yang dipenuhi emas dan perak.

Sombong dan Menolak Perintah Zakat dari Allah

Sayangnya, semua pemberian Allah Swt. itu membuat Qarun menjadi gelap mata. Dirinya pernah memamerkan harta kekayaannya dengan mengenakan pakaian mewah, didampingi total 600 pelayan laki-laki dan perempuan.

Karena jumlah kekayannya sangat melimpah, orang-orang kuat keberatan membawa kunci-kunci gudangnya. Dalam riwayat Khaitsamah disebutkan bahwa untuk mengangkut kunci gudang kekayaan milik Qarun harus dengan 60 bighal (sejenis kuda kecil).  Kesombongan Qarun itu terabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qashas ayat 76.

Setelah sifat sombongnya mulai nampak, Qarun juga menjadi seorang munafik. Saat Qarun marah dan tidak memberikan sedikit pun dari kekayaan yang dimilikinya saat diminta untuk menunaikan zakat. Dirinya bahkan mengatakan bahwa seluruh kekayaan yang ia dapat adalah hasil kerja keras dan ilmu yang dimilikinya, tanpa ada pertolongan Allah. Hal tersebut juga tercatat dalam Al-Qur’an surah Al-Qashas ayat 78.

Juga disebutkan bahwa saat mulai memiliki kekayaan berlimpah, Qarun berpaling dari ajaran Allah. Ia memilih megikuti budaya Mesir Kuno. Qarun menyembah Sobek, “Penguasa Air” dalam mitologi Mesir Kuno.

Baca juga: MEMUPUK SIFAT KEDERMAWANAN DAN MENELADANI RASULULLAH | YDSF

Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan firman Allah Swt. tersebut. Imam Ibnu Katsir menyebutkan tiga penafsiran mereka sebagai berikut.

Pertama, “Sesungguhnya Allah memberiku harta karena kecintaanNya dan ilmuku. Karena itu, aku layak menerimanya.” Juga dikatakan, “Sesungguhnya aku diberi harta karena pengetahuan Allah, karena aku berhak mendapatkannya, dan karena cinta-Nya padaku.” Ucapan seperti ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami memberikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku...”(QS Az Zumar 49).

Kedua, “Bahwasanya ilmu kimia telah membantuku.” Ilmu kimia pada masa lalu berbeda makna dengan ilmu kimia zaman modern ini. Bahkan bagi mereka, dahulu kimia merupakan ‘ilmu’ yang memiliki kesan mistis. Karena dapat mengubah macam-macam logam, seperti besi dan tembaga menjadi emas murni. Menurut pandangan mereka Qarun mampu mengubah logam menjadi emas. Karenanya harta kekayaan dan perbendaharaannya menjadi banyak. Namun Ibnu Katsir membantah pendapat ini. Menurutnya pendapat ini lemah karena ilmu kimia sendiri adalah ilmu batil, karena tidak ada yang mampu mengubah suatu zat kecuali Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya…”(QS. Al-Hajj 73).

Ketiga, ia mengetahui nama Allah yang paling agung (ismullah al-a’dzam), lalu ia berdoa dengan nama itu, maka hartanya bertambah disebabkan hal itu. Qarun menyangka bahwa Allah memberinya nikmat karena ia layak dicintai Allah dan layak mendapatkan harta itu disebabkan berbagai kelebihan yang dimilikinya, sedangkan yang lainnya bukanlah orang yang pantas memiliki harta itu. Ia mengatakan, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.”

Sedikitnya Harta Bukan Bukti Kehinaan

Qarun tidak memahami bahwasanya Allah sedang mengujinya dengan harta. Banyaknya harta bukanlah ukuran kecintaan Allah kepadanya, juga sedikitnya harta bukanlah tanda kebencian Allah. Karena hakikat sebuah harta bukanlah bukti kemuliaan maupun kehinaan seseorang. Qarun benar-benar tidak mengetahui semua ini. Karena itu, ia terjerumus dalam ujian harta.

Baca juga:
Peradaban Islam di Spanyol vs. Ukraina | YDSF
KISAH ABDURRAHMAN BIN AUF, BERSEDEKAH TIDAK TAKUT MISKIN | YDSF


Sesungguhnya harta adalah fitnah, ujian, dan cobaan. Banyaknya harta bukanlah bukti atau tanda adanya kecintaan dan kemuliaan dari Allah, dan sedikitnya pun bukanlah bukti kehinaan dan kebencian Allah. Sesungguhnya patokan diterimanya seseorang di sisi Allah adalah iman dan taqwa. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa, bukan orang yang paling kaya. Inilah penjelasan tegas Al Quran, ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat 13)

Inilah pemahaman orang-orang yang beriman dan bertaqwa serta orang-orang yang memiliki persepsi imani dan qur’ani yang benar. Karena itu, mereka tidak melampaui batas dan berbuat kezaliman jika memiliki harta yang banyak, melainkan mereka gunakan dalam ketaatan kepada Allah dan bersyukur kepada Rabb Pemberi kenikmatan. Begitu pula sebaliknya, mereka tidak pernah berputus asa dan bersedih jika hanya memiliki harta yang sedikit.

Adapun orang-orang yang telah kehilangan parameter keimanan dan pandangan Qur’ani, mereka menyangka bahwasanya harta adalah tolok ukur kemuliaan dan kehinaan seseorang. Jika mendapat harta banyak, ia akan mengelolanya seperti Qarun dan berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” Namun sebaliknya, jika sedikit harta yang didapatkannya maka ia akan bersedih. Al Quran telah menyebutkan persepsi orang-orang itu dengan firman Allah, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku’” (QS. Al Fajr 15-16).

 

Disadur dari Majalah Al Falah Edisi Desember 2017

 

Doa Memohon Rezeki Berkah & Umur Panjang



Sedekah Mudah di YDSF

 

Artikel Terkait:

KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Apa Itu Wakaf? Pengertian, Dalil, dan Hukum Wakaf | YDSF
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM
Haid, Tidak Boleh Ngaji dan Dzikir? | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Hukum Arisan Dalam Islam | YDSF


Tags: qarun, kisah qarun, kisah qarun tak mau zakat, kisah qarun binasa, qarun adalah kaum, qarun dalam al quran

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: