Tangis Bahagia Penerima Qurban YDSF, Disangka Dapat Kambing, Pingsan Dapat Sapi

Tangis Bahagia Penerima Qurban YDSF, Disangka Dapat Kambing, Pingsan Dapat Sapi

22 Mei 2023

Inilah kisah para penerima manfaat hewan qurban YDSF yang ada di beberapa desa pelosok Jawa Timur.

Meskipun qurban ditunaikan di kota, ternyata manfaatnya bisa dirasakan hingga pelosok desa. Bahkan, beberapa di antara daerah titik penyaluran YDSF itu tidak merasakan nikmatnya daging hewan qurban bertahun-tahun lamanya karena ketidakmampuan ekonomi warga serta terpencilnya daerah.

Seperti yang dirasakan oleh warga Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Seperti yang pernah diceritakan dai YDSF, Ustadz Munib Muhaimin yang mengabdi sebagai pendakwah di desa itu. Selain karena memang daerahnya sangat terpencil dan berada di tengah hutan, kondisi masyarakatnya secara ekonomi juga sangat kekurangan.

Bertahun-tahun warga desa tersebut tidak pernah merasakan nikmatnya daging hewan qurban. Perayaan Iduladha setiap tahun, hanya dilakukan dengan menggelar shalat Ied tanpa ada penyembelihan hewan qurban. Bagi warga, bisa menikmati nikmatnya makan daging bagai mimpi.

Hingga suatu saat, ketika Ustadz Munib Muhaimin belum lama bertugas sebagai dai di desa itu, mengajukan surat ke YDSF untuk sekiranya menjadi titik penyaluran hewan qurban. Mimpi terbesarnya saat itu adalah mendapat kambing, agar menambah semarak dakwah yang dilakukan. Apalagi selama itu tidak pernah ada hewan qurban yang disembelih seusai melaksanakan shalat Ied.

Gayung pun bersambut, YDSF mengamini permohonan itu dan mengirimkan hewan qurban seekor sapi jantan tanpa memberi kabar sebelumnya. Tentu, warga Desa Sumberbendo gembira menyambutnya. Terluaplah rasa syukur mereka menerima berkah mengejutkan itu.

Namun, saking kagetnya melihat seekor sapi dikirim ke desanya, Ustadz Munib Muhaimin pingsan. Tangis harupun pecah. Betapa tidak, tadinya dia hanya berharap mendapat seekor kambing.

Kisah haru lainnya dirasakan warga pelosok di Kecamatan Sendang, Tulungagung. Suatu ketika mereka mendapatkan beberapa ekor kambing dari mudhahi YDSF. Karena warga penerima lebih banyak, jika dibagikan berupa daging mentah tidak mencukupi. Solusinya, dimasaklah daging hewan qurban. Setelah matang, semua warga desa diundang untuk hadir dan makan bersama.

Daging Terakhir

Begitulah adanya. Kisah-kisah haru itu menunjukkan betapa hewan qurban yang ditunaikan melalui lembaga sosial seperti YDSF sangatlah bermanfaat dan ditunggu-tunggu masyarakat desa pelosok. Apalagi titik penyalurannya tepat sasaran.

Tahun lalu, menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha 1442 H tahun 2021, Tim distribusi Ekspedisi Qurban YDSF melakukan survei di beberapa wilayah terpencil sebagai titik distribusi baru hewan qurban. Hasilnya, mendapati belasan daerah di wilayah Situbondo dan Bondowoso tidak pernah ada penyembelihan hewan qurban. 

Daerah yang dimaksud di antaranya adalah Dusun Bendusah, Desa Jatisari Kecamatan Arjasa, Situbondo. Warga di dusun yang sering dilanda kekeringan ini mengaku lebih dari 10 tahun tidak pernah merasakan daging qurban. Bahkan mereka lupa kapan terakhir makan daging. 

"Tak tahu saya, kapan terakhir makan daging. Di sini sudah lama tak ada orang nyembelih hewan qurban saat hari raya," kata Ruhani (72) dengan logat Madura, warga RT 01 Dusun Bendusah, saat itu.

Kondisi lebih miris dirasakan warga Desa Solor, Kecamatan Cerme, Bondowoso. 11 Dusun di daerah terpencil itu malahan sudah lebih dari 20 tahun tidak ada penyembelihan hewan qurban. Pun kiriman daging qurban dari daerah lain. 

"Saya lupa kapan ada penyembelihan. Kami bisa makan daging kalau ada tetangga yang aqiqahan," kata Waginah (37), warga Dusun Tolabeng. Saat itu, selain di Jatim, tim distribusi Ekspedisi Qurban YDSF juga menemukan beberapa daerah yang sama di Kulonprogo, DI Yogyakarta.

Hasil Memulung

Masih ingatkah dengan kisah Nenek Sahnun? Nenek 60 tahun ini pemulung yang tinggal di tengah Kota Mataram, NTB. Dari jerih payahnya mengumpulkan barang bekas selama beberapa tahun, Sahnun akhirnya bisa membeli sapi qurban.

Nenek Sahnun bukanlah orang berada. Dia tinggal sebatang kara di Mataram dan menumpang tidur di sebuah kios di samping barat Mal Mataram. Sebelumnya, Sahnun tinggal di kuburan umat Hindu. Merasa kasihan, seorang warga kemudian memberikan tumpangan tempat tidur kepadanya di kios. 

Setiap hari, nenek memikul karung berisi botol plastik dengan tubuh kecilnya. Langkahnya sangat cepat ketika menyusuri jalanan Kota Mataram. Biasanya berangkat memulung mulai Subuh hingga malam hari dengan jeda waktu istirahat pada siang hari. Setiap hari biasanya mampu mengumpulkan botol plastik sekitar dua karung. Setiap sepekan sekali seorang pengepul datang mengambil dengan harga Rp 10 ribu - Rp 20 ribu perkarung.

Sahnun mengatakan, sudah sekitar lima tahun mengumpulkan uang untuk diniatkan membeli hewan qurban. Mengapa ingin berqurban? Sahnun hanya melempar senyuman kecil dengan anggukan, menandakan bahwa niat untuk berkurban tidak ingin diketahui banyak orang.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Juni 2022

 


Ekspedisi Qurban YDSF


 

Artikel Terkait:

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

 

Pelatihan Juru Sembelih Halal YDSF | Cara Penyembelihan Hewan yang Halal & Ihsan


Tags: kisah penerima qurban ydsf, qurban ydsf, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: