Cinta dalam Islam | YDSF

Cinta dalam Islam | YDSF

14 Februari 2023

Bagi masyarakat umum, bulan Februari menjadi salah satu bulan yang dipenuhi dengan cinta. Sedangkan dalam Islam, wujud cinta bukan hanya ditunjukkan pada momen-momen tertentu. Namun, baiknya tetap ditunjukkan setiap saat.

Selain itu, makna cinta bukan hanya spesifik untuk pasangan. Melainkan, kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya serta lingkungan sekitar pun juga harus kita cintai. Bahkan, kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. juga harus kita berikan ruang di hati kita untuk memberikan cinta terbaik. Sejatinya, cinta yang tidak akan pernah meninggalkan kita adalah cinta Allah Swt. dan Rasulullah saw.

Cinta memiliki kata dasar dari bahasa Arabnya yaitu al-hubb. Ibnu Faris mengatakan bahwa dalam kata hubb terdapat tiga makna, salah satunya yaitu menyertai dan tetap. Oleh karenanya, ini memberikan konsekuensi dalam pelaksanaan cinta untuk tetap berdampingan dan memiliki ikatan. Sedangkan, menurut ar-Raghib al-Asfahaniy, cinta (mahabbah) merupakan sebuah keinginan terhadap sesuatu yang dianggapnya baik. 

Dalam Al-Qur’an, cinta disebutkan lebih dari 80 kali. Dan, ditunjukkan bagaimana manusia memiliki kecintaan terhadap harta bendanya, saudaranya, sesama makhluk hidup. Hingga, bagaimana seharusnya memiliki kecintaan yang sempurna kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Pengategorian ini membuat kita hendaknya mampu menempatkan wujud cinta sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Berawal dari hubungan hati yang bermula karena empati. Berlanjut dengan adanya rasa rindu yang kemudian membuahkan kemesraan dan rasa saling membutuhkan. Akibatnya, sifat cinta ini menumbuhkan karakter baru yaitu merawat dan menjaga. Yang membuat adanya kepedulian. Sedangkan, level paling tinggi dari kecintaan adalah kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Dengan selalu taat dan ittiba’ ajaran syariat.

Tingkatan Cinta dalam Islam

Membahas tentang konsep cinta dalam Islam, maka kita akan menemukan banyak referensi. Biasanya yang populer adalah pendapat dari Imam Al Ghazali dan Ibnu Qayyim. Sedangkan, dalam buku Kepribadian Muslim karya Dr. Irwan Prayitno, beliau memaparkan terdapat beberapa tingkatan cinta yaitu:

Baca juga:
Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF
JENIS CINTA DALAM ISLAM MENURUT IBNU QAYYIM| YDSF

1.       Al ‘Alaaqah (Kecenderungan) – Al-Maadah (Benda-benda) – Al-Intifaa’ (Pemanfaatan)

Cinta yang sekadar hubungan hati terhadap fisik atau material. Bentuknya berupa pemanfaatan untuk kepentingan hidup dan berdakwah. Jangan sampai berlebihan.

 

2.       Al-‘Athf (Simpati) – Al-Insaan (Manusia) – Ad’Da’wah (Berdakwah)

Cinta kepada sesama manusia, yang mana tidak dibatasi untuk umat Islam saja. Sebagai sesama makhluk sosial, meski berbeda keyakinan hendaknya kita tetap memberikan rasa simpati. Namun, jangan sampai berlebih hingga lupa terhadap kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah saw.

 

3.       Ash-Shabaabah (Empati) – Al-Muslim (Muslim) - Al-Ukhuwwah (Persaudaraan Islam)

Bentuk yang ketiga ini juga masih merupakan perwujudan cinta untuk sesama manusia. Bedanya, tingkatnya menjadi lebih tinggi. Bukan hanya sekadar memiliki rasa simpati, tetapi juga bertindak membantu (empati).

 

4.       Asy-Sayuq (Rindu) – Al-Mu’min (Orang Beriman) – Ar-Rahmah wa Al-Mawaddah (Kasih Sayang dan Cinta Kasih)

Tingkatan ini adalah saat di mana cinta telah mencapai sebuah rasa rindu. Sehingga, minim sekali (semestinya) terjadi perpecahan bila sudah berada pada titik ini.

 

5.       Al-‘Isyq (Mesra) – Ar-Rasuul wa Al-Islaam (Rasul dan Islam) – Al-Ittibaa’ (Mengikuti)

Setelah memiliki rasa rindu, maka akan muncul kemesraan. Baiknya, mesra ini kita arahkan untuk Allah Swt. dan Rasulullah saw. Karena, saat seseorang telah memiliki kemesraan terhadap yang dicintainya, maka ia akan rela berkorban. Mengikuti apa yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang dilarang.

 

6.       At-Tatayuum Allah (Menghamba Allah) – Al-‘Ubuudiyah (Pengabdian)

Urutan cinta tertinggi adalah menghambakan diri hanya kepada Allah dalam bentuk pengabdian. Allah Swt. Yang diwujudkan dengan taat syariat.

Melalui cinta inilah, seseorang dapat terbentuk karakternya. Yakni walaa (loyalitas) dan baraa (melepaskan diri). Maksudnya, seseorang yang telah mencapai level cinta tertinggi kepada Allah Swt. dan Rasulullah, maka mereka akan berupaya seoptimal mungkin agar cintanya menghasilkan buah terbaik. Membentuk pribadi yang lebih baik dari hari ke hari, hingga berada pada level ikhlas dalam berbuat dan beramal. Berikutnya, ia juga akan tegas melepaskan diri dari bentuk-bentuk kekufuran yang dapat menjauhkan dari cintanya.

 

 

Wujud Cinta dengan Berbagi


 

Artikel Terkait

Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Kisah Cinta Rasulullah Pernah Ditolak | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Kisah Abu Dahdah, Si Pemilik Kebun Kurma di Surga | YDSF

 

Zakat Melalui Lembaga



Tags: cinta, cinta dalam Islam, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: